
"Kinerja bisnis Grup Astra tahun 2014 cukup bervariasi. Divisi agribisnis dan kontrak penambangan batu bara membukukan kinerja yang solid, namun diimbangi oleh penurunan kontribusi dari divisi otomotif dan adanya pembebanan biaya non kas atas penurunan nilai properti pertambangan batu bara. Dalam jangka pendek, kami masih berhati-hati dengan adanya ketidakpastian kondisi makro eksternal, kompetisi di pasar penjualan mobil dan kemungkinan penurunan harga batu bara. Namun demikian, Grup Astra memiliki fundamental keuangan yang solid dan kualitas bisnis yang baik, yang menjadi dasar untuk prospek yang sangat baik dalam jangka panjang."
Prijono Sugiarto
Presiden Direktur
26 Februari 2015
| Untuk Periode yang berakhir 31 Desember | |||
|---|---|---|---|
| 2014 | 2013 | Perubahan | |
| Rp miliar | Rp miliar | % | |
| Pendapatan bersih | 201.701 | 193.880 | 4 |
| Laba bersih * | 19.181 | 19.417 | (1) |
| Rp | Rp | ||
| Laba bersih per saham | 474 | 480 | |
| 31 Desember 2014 | 31 Desember 2013 | Perubahan | |
| Rp Miliar | Rp Miliar | % | |
| Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk**** | 95.611 | 83.938 | 14 |
| Rp | Rp | ||
| Nilai aset bersih per saham** | 2.362 | 2.073 | 14 |
| * Laba bersih adalah laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk. ** Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan nilai aset bersih per saham didasarkan pada ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. |
|||
Kinerja keuangan selama setahun yang berakhir pada 31 Desember 2014 dan 2013, serta posisi keuangan per 31 Desember, disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan telah diaudit sesuai dengan standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.
Laba bersih konsolidasian menurun sebesar 1%. Peningkatan kinerja divisi Agribisnis, Kontraktor Penambangan dan Jasa Keuangan, diimbangi oleh penurunan laba bersih dari Divisi Otomotif akibat penurunan margin pada sektor kendaraan roda empat, dan penurunan nilai atas properti pertambangan batu bara.
Penjualan mobil Astra secara nasional menurun 6%, sedangkan penjualan sepeda motor Astra meningkat sebesar 8%. Total nilai pembiayaan melalui bisnis pembiayaan otomotif Astra meningkat 13%. Penjualan unit alat berat Komatsu menurun 16%. Kontrak produksi batu bara meningkat 14%, sementara pengupasan lapisan tanah (overburden removal) menurun 5%. Penjualan CPO turun sebesar 13% sementara sejumlah 255.000 ton olein berhasil dijual sepanjang tahun 2014.
Pendapatan bersih konsolidasian Astra naik 4% menjadi Rp 201,7 triliun pada tahun 2014, terutama ditopang oleh peningkatan pendapatan dari sektor agribisnis dan kontrak penambangan. Laba bersih konsolidasian menurun 1% menjadi Rp 19,2 triliun, yang mencerminkan peningkatan kontribusi sebesar 39% dari Divisi Agribisnis, peningkatan 11% dari Divisi Jasa Keuangan dan peningkatan sebesar 10% dari Divisi Alat Berat dan Pertambangan, diimbangi oleh penurunan kontribusi dari Divisi Otomotif sebesar 14%. Tanpa memperhitungkan pembebanan biaya non kas atas penurunan nilai properti tambang batu bara, laba bersih Astra meningkat 4% menjadi Rp 20,1 triliun.
Nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp 2.362 pada tanggal 31 Desember 2014, meningkat sebesar 14% dibandingkan dengan akhir tahun 2013.
Utang bersih konsolidasian Astra, tidak termasuk bisnis jasa keuangan, tercatat sebesar Rp 3,3 triliun, menurun 10% dibandingkan dengan akhir tahun 2013. Bisnis jasa keuangan memiliki utang bersih sebesar Rp 45,9 triliun, dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp 42,3 triliun.
Pembayaran dividen final sebesar Rp 152 per saham (2013: Rp 152 per saham) akan diusulkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dijadwalkan pada bulan April 2015. Usulan dividen final tersebut ditambah dengan dividen interim sebesar Rp 64 per saham (2013: Rp 64 per saham), menjadikan total dividen untuk tahun 2014 menjadi sebesar Rp 216 per saham (2013: Rp 216 per saham).
Aktivitas bisnis Astra terbagi dalam enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, logistik dan lainnya serta teknologi informasi. Kontribusi dari enam lini bisnis tersebut terhadap laba bersih konsolidasian Astra dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
| Laba bersih Konsolidasi Untuk Periode yang berakhir 31 Desember |
|||
|---|---|---|---|
| 2014 | 2013 | Perubahan | |
| Rp miliar | Rp miliar | % | |
| Otomotif | 8.480 | 9.829 | 14 |
| Jasa Keuangan | 4.748 | 4.273 | 11 |
| Alat Berat dan Pertambangan | 3.268 | 2.971 | 10 |
| Agribisnis | 1.995 | 1.435 | 39 |
| Infrastruktur, Logistik dan Lainnya | 490 | 748 | (34) |
| Teknologi Informasi | 200r | 161 | 24 |
| Laba Bersih | 19.181 | 19.417 | (1) |
Laba bersih dari Divisi Otomotif turun 14% menjadi Rp 8,5 triliun.
Persaingan diskon pada pasar mobil berdampak negatif terhadap margin keuntungan bisnis otomotif. Selain daripada itu, kontribusi bisnis komponen otomotif, PT Astra Otoparts Tbk (AOP), juga mencerminkan dampak berkurangnya kepemilikan saham Perseroan dari 95,7% menjadi 80% pada kuartal kedua tahun 2013.
Penjualan mobil secara nasional menurun sebesar 2% menjadi 1.208.000 unit. Sementara itu, penjualan mobil Astra menurun 6% menjadi 614.000 unit, sehingga mengurangi pangsa pasar dari 53% menjadi 51%. Sepanjang tahun 2014, Astra telah mengeluarkan 19 model baru dan 9 model facelift.
Penjualan sepeda motor nasional mengalami peningkatan sebesar 2% menjadi 7,9 juta unit. Sementara itu, penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) melonjak sebesar 8% menjadi 5,1 juta unit, dengan pangsa pasar yang meningkat dari 61% menjadi 64%. Selama tahun 2014 AHM telah meluncurkan 2 model baru dan 15 model facelift.
AOP mencatat peningkatan volume penjualan sebesar 15%. Meski demikian, laba bersihnya menurun menjadi Rp 872 miliar akibat penurunan margin yang dipicu oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan peningkatan biaya tenaga kerja.
Laba bersih Divisi Jasa Keuangan meningkat sebesar 11% menjadi Rp 4,7 triliun. Tanpa memperhitungkan keuntungan sebesar Rp 440 miliar di kuartal kedua dari akuisisi 50% saham Astra Aviva Life, laba bersih Divisi Jasa Keuangan meningkat sebesar 1%. Pertumbuhan yang kuat pada sebagian besar portofolio jasa pembiayaan konsumen tertekan oleh penurunan kontribusi dari PT Astra Sedaya Finance, menyusul penjualan 14% kepemilikan efektif Perseroan pada perusahaan ini di kuartal kedua tahun 2014 dan penurunan kontribusi dari PT Bank Permata Tbk.
Total pembiayaan yang disalurkan melalui bisnis pembiayaan otomotif Astra meningkat 13% menjadi Rp 64,6 triliun, termasuk pembiayaan melalui joint financing without recourse bersama bank. Sementara itu, total kredit yang dikucurkan melalui bisnis pembiayaan alat berat mengalami penurunan sebesar 30% menjadi Rp 3,5 triliun akibat melemahnya penjualan unit alat berat.
PT Astra Sedaya Finance, perusahaan pembiayaan mobil milik Astra, mencatat laba bersih sebesar Rp 1,2 triliun, meningkat 15%, didorong oleh meningkatnya jumlah pembiayaan mobil baru Astra.
PT Federal International Finance, perusahaan pembiayaan sepeda motor Astra, melaporkan laba bersih sejumlah Rp 1,3 triliun, meningkat 8% sejalan dengan naiknya jumlah pembiayaan sepeda motor baru dan bekas.
PT Bank Permata Tbk, yang 44,6% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat laba bersih Rp 1,6 triliun atau menurun sebesar 8% akibat naiknya biaya bunga.
PT Asuransi Astra Buana (AAB), mencatat peningkatan laba bersih sebesar 16% menjadi Rp 1 triliun seiring dengan pertumbuhan premi kotor dan peningkatan kontribusi dari keuntungan investasi.
Perusahaan asuransi jiwa baru Group Astra yang bekerja sama dengan Aviva plc, telah meluncurkan produk asuransi dibawah nama “Astra Life powered by Aviva” pada bulan November 2014.
Laba bersih Divisi Alat Berat dan Pertambangan meningkat sebesar 10% menjadi Rp 3,3 triliun.
PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, meraih pertumbuhan pendapatan bersih 4% dan peningkatan laba bersih 11% menjadi Rp 5,4 triliun. Tanpa menghitung dampak dari pembebanan biaya atas penurunan nilai properti pertambangan batu bara sebesar Rp 1,5 triliun, laba bersih United Tractors meningkat sebesar 43%.
Pada segmen usaha mesin konstruksi, pendapatan bersih mengalami penurunan sebesar 4%. Hal itu merefleksikan pelemahan penjualan alat berat Komatsu sebesar 16% menjadi 3.513 unit. Meski demikian, penurunan itu dapat diimbangi oleh peningkatan pendapatan suku cadang dan jasa perbaikan.
PT Pamapersada Nusantara (PAMA), anak perusahaan UT di bidang kontraktor penambangan batu bara, diuntungkan oleh meningkatnya volume produksi batu bara dengan stripping ratio yang lebih rendah. PAMA mencatat peningkatan pendapatan bersih sebesar 6%, didorong oleh produksi batu bara yang meningkat sebesar 14% menjadi 119 juta ton. Sementara itu, kontrak pengupasan lapisan tanah (overburden removal) turun sebesar 5% menjadi 806 juta bankcubic metres.
Anak perusahaan UT di bidang pertambangan, mencatat peningkatan pendapatan bersih sebesar 22%, dengan peningkatan volume penjualan batu bara sebesar 42% menjadi 6 juta ton, walaupun harga jual rata-rata batu bara turun 10%. United Tractors dan anak perusahaannya memiliki kepemilikan di sembilan tambang batu bara dengan perkiraan jumlah cadangan sebesar 405 juta ton.
United Tractors telah menyelesaikan proses review atas nilai tercatat properti tambang batu bara sehubungan dengan adanya penurunan harga batu bara, dan telah melakukan penyesuaian terhadap nilai properti tambangnya pada akhir tahun 2014. Pengaruh penurunan nilai tersebut terhadap laba bersih United Tractors setelah dikurangi porsi pemegang saham minoritas dan pajak adalah sebesar Rp 1,5 triliun. Walaupun United Tractors masih melihat tambang batu bara sebagai bisnis yang memiliki prospek baik untuk jangka panjang, keputusan melakukan penurunan nilai atas properti tambang batu bara tersebut mencerminkan kombinasi lemahnya kondisi pasar saat ini dan ketidakpastian waktu pemulihan kondisi pasar.
Pada kuartal keempat 2014, United Tractors mengumumkan rencana akuisisi saham mayoritas perusahaan konstruksi PT Acset Indonusa Tbk (Acset). Meskipun akuisisi ini tidak akan memberi dampak material terhadap kinerja tahun 2015, namun hal ini sejalan dengan strategi Perseroan untuk mengembangkan area bisnis baru yang diharapkan dapat menjadi pemimpin pasar dan sesuai dengan filosofi Perseroan untuk terus berupaya meningkatkan sinergi antar bisnis perusahaan.
Laba bersih dari Divisi Agribisnis tumbuh 39% menjadi Rp 2 triliun.
PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL), yang 79,7% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, membukukan laba bersih sebesar Rp 2,5 triliun, meningkat 39%. Rata-rata harga CPO naik sebesar 14% menjadi Rp 8.282/kg. Penjualan CPO menurun sebesar 13% menjadi 1,4 juta ton, sejalan dengan telah beroperasinya fasilitas penyulingan minyak sawit AAL yang berlokasi di Sulawesi Barat yang berhasil menjual 255.000 ton olein sepanjang tahun 2014.
Laba bersih Divisi Infrastruktur, Logistik dan lainnya menurun sebesar 34% menjadi Rp 490 miliar.
PT Marga Mandala Sakti (MMS), operator jalan tol yang mengoperasikan jalur Tangerang – Merak sepanjang 72,5 km, yang 79,3% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat peningkatan volume trafik kendaraan sebesar 6% menjadi 43 juta kendaraan dan peningkatan tarif tol rata-rata sebesar 9%. Pembangunan jalan tol Kertosono-Mojokerto di Jawa Timur sepanjang 40,5 km yang seluruh sahamnya dimiliki Astra, masih terus berlanjut. Sesi 1 sepanjang 14,7 km telah mulai beroperasi pada bulan Oktober 2014, dan tahap berikutnya diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2015, menunggu selesainya proses pembebasan lahan. Ditambah dengan jalan tol lingkar luar Kunciran - Serpong sepanjang 11,2 km yang 40% sahamnya dimiliki oleh PT Astratel Nusantara, total jalan tol yang dimiliki Astra saat ini adalah 124,2 km.
Pendapatan PT Serasi Autoraya (SERA) mengalami peningkatan, didorong oleh meningkatnya penjualan mobil bekas, meskipun terjadi penurunan pada jumlah kontrak sewa kendaraan di bisnis rental kendaraan TRAC sebesar 7% menjadi 29.000 unit. Namun, peningkatan ini tertekan oleh turunnya margin dari bisnis sewa kendaraan di perusahaan-perusahaan tambang. Laba bersih SERA mengalami penurunan sebesar 22% menjadi Rp 157 miliar.
PAM Lyonnaise Jaya, perusahaan penyedia air bersih di wilayah barat Jakarta, mencatat sedikit peningkatan volume penjualan menjadi 159 juta meter kubik.
Anandamaya Residences, proyek residensial eksklusif Grup Astra yang berlokasi di pusat bisnis Jakarta, yang 60% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, telah mulai dipasarkan di kuartal tiga tahun 2014, dan berhasil menarik minat pembeli yang cukup besar. Selain itu, Perseroan juga telah memulai proses konstruksi gedung perkantoran premium grade-A yang berdekatan dengan Anandamaya Residences. Pembangunan kedua proyek properti tersebut diperkirakan akan rampung pada tahun 2018.
Laba bersih dari Divisi Teknologi Informasi tumbuh sebesar 24% menjadi Rp 200 miliar.
PT Astra Graphia Tbk (AG), yang 76,9% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang solusi bisnis berbasis dokumen, teknologi informasi dan komunikasi serta agen tunggal Fuji Xerox di Indonesia. Astra Graphia melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 24% menjadi Rp 260 miliar, terutama disebabkan adanya keuntungan sebesar Rp 44 miliar pada kuartal kedua tahun ini dari divestasi 51% saham Astra Graphia di AGIT Monitise Indonesia.
Kinerja bisnis Grup Astra tahun 2014 cukup bervariasi. Divisi agribisnis dan kontrak penambangan batu bara membukukan kinerja yang solid, namun diimbangi oleh penurunan kontribusi dari divisi otomotif dan adanya pembebanan biaya non kas atas penurunan nilai properti pertambangan batu bara. Dalam jangka pendek, kami masih berhati-hati dengan adanya ketidakpastian kondisi makro eksternal, kompetisi di pasar penjualan mobil dan kemungkinan penurunan harga batu bara. Namun demikian, Grup Astra memiliki fundamental keuangan yang solid dan kualitas bisnis yang baik, yang menjadi dasar untuk prospek yang sangat baik dalam jangka panjang.

30 Nov 2025

21 Nov 2025

27 Nov 2025